Ibadah Awal Pekan IAKN Kupang: Menjadi Garam dan Terang dalam Pekerjaan
IAKN Kupang (Kemenag) – Civitas akademika Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Kupang mengawali pekan dengan ibadah yang penuh inspirasi pada Senin pagi (17/03/2025). Ibadah ini mengangkat tema “Be The Salt and Light in Your Work…!” yang menegaskan pentingnya peran civitas akademika dalam membawa dampak positif di lingkungan kerja dan akademik.
Firman Tuhan disampaikan oleh Wakil Rektor I IAKN Kupang, Maryon D. Pattinaja, Ph.D., yang menguraikan pesan mendalam dari Matius 5:13-16. Dalam ibadah yang dihadiri oleh Rektor IAKN Kupang, Dr. I Made Suardana, M.Th., serta jajaran rektorat, biro, dan seluruh civitas akademika, pesan yang disampaikan menyoroti pentingnya menjalankan tugas dengan integritas, dedikasi, dan semangat pelayanan.
Dalam khotbahnya, WR I mengajak civitas akademika untuk memahami makna garam dan terang sebagai simbol tanggung jawab dan pengaruh dalam kehidupan sehari-hari. WR 1 membahas tiga poin utama yang dirangkum dalam akronim MDP, yakni Makna Kehadiran, Dampak Kehilangan Peran, dan Panggilan untuk Bertindak.
MAKNA KEHADIRAN SEBAGAI GARAM DAN TERANG
WR I menjelaskan bahwa garam memiliki fungsi utama: memberi rasa, mengawetkan, dan menyembuhkan, sedangkan terang berfungsi untuk menerangi dan menuntun. Dalam dunia akademik dan profesional, setiap individu dipanggil untuk menghadirkan nilai-nilai luhur melalui tindakan nyata.
“Sebagai mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, dan pegawai, kita harus menjadi pembawa dampak. Garam memberi rasa, artinya kita harus menghadirkan nilai dalam setiap aspek kehidupan kita. Garam juga mengawetkan, menjaga nilai-nilai etika dan moral di tengah derasnya arus pragmatisme. Dan yang tak kalah penting, garam menyembuhkan, menjadi agen pemulihan bagi lingkungan sekitar,” jelas WR I.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa terang adalah simbol pencerahan. Seorang akademisi, menurutnya, tidak hanya bertugas mengajarkan teori tetapi juga membentuk karakter. Mahasiswa yang aktif, dosen yang mengajar dengan ketulusan, serta pegawai yang melayani dengan profesionalisme adalah contoh bagaimana terang itu bersinar.
DAMPAK KEHILANG PERAN
WR I mengingatkan bahwa kehilangan peran sebagai garam dan terang akan berdampak besar. Ia menyoroti fenomena menurunnya integritas dalam dunia akademik, seperti plagiarisme, pragmatisme dalam belajar, dan minimnya kepedulian sosial.
“Jika kampus hanya dipandang sebagai tempat mengejar gelar tanpa membangun karakter, maka institusi pendidikan akan kehilangan roh akademiknya. Yesus berkata, ‘Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?’ Artinya, jika kita tidak menjalankan peran kita, maka eksistensi kita sebagai insan akademik dan profesional menjadi sia-sia,” tegasnya.
Ia menekankan bahwa kehilangan peran ini dapat menyebabkan rusaknya nilai-nilai dasar dalam dunia pendidikan dan pekerjaan. Seorang mahasiswa yang hanya mengejar nilai tanpa memahami ilmu, seorang dosen yang mengajar sekadar rutinitas, serta tenaga kependidikan yang bekerja tanpa profesionalisme adalah contoh nyata bagaimana garam dapat kehilangan rasa dan terang dapat meredup.
PANGGILAN UNTUK BERTINDAK
Sebagai penutup, WR I mengajak seluruh civitas akademika untuk merefleksikan peran mereka masing-masing. Ia menegaskan bahwa menjadi garam dan terang bukan sekadar tugas, melainkan panggilan hidup yang membawa dampak luar biasa.
“Kita semua memiliki kesempatan dan tanggung jawab untuk menjadi agen perubahan. Sebagai dosen, mari mengajar dengan sepenuh hati dan menjadi teladan. Sebagai mahasiswa, mari belajar dengan integritas dan semangat yang tinggi. Sebagai tenaga kependidikan, mari melayani dengan profesionalisme dan ketulusan,” ujarnya.
Rektor IAKN Kupang, Dr. I Made Suardana, M.Th., dalam sambutannya mengapresiasi pesan yang disampaikan dalam ibadah ini. Rektor menegaskan bahwa nilai-nilai yang diangkat dalam khotbah sangat relevan dengan visi dan misi IAKN Kupang sebagai institusi pendidikan yang berlandaskan pada nilai-nilai Kristiani.
“Ibadah ini bukan sekadar rutinitas, tetapi menjadi pengingat bagi kita semua bahwa tugas dan tanggung jawab kita lebih dari sekadar pekerjaan. Kita dipanggil untuk menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam dunia akademik dan profesional,” ungkap Rektor.*
Penulis : Merling Messakh
Foto: Fredy Duka
Administrator: Yermi Solukh