IAKN Kupang (Kemenag) — Prosesi wisuda ke-VI Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Kupang pada Jumat (29/11/2024) menghadirkan cerita yang membangkitkan semangat dan inspirasi. Yulianus Wallu, mahasiswa tunanetra dari Program Studi Pendidikan Agama Kristen (PAK), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kristen (FKIPK), berhasil menunjukkan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk berkontribusi.
Melalui karya berbasis Braille yang ia hasilkan, Yulianus tidak hanya menyelesaikan studinya, tetapi juga mencerminkan realisasi program prioritas Rektor IAKN Kupang, Dr. I Made Suardana, M.Th: mentality building, capacity building, dan identity building. Prestasi ini sekaligus sejalan dengan visi IAKN Kupang untuk “Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Unggul dan Beradab.”
“Kisah perjuangan Yulianus bermula dari keprihatinannya terhadap minimnya literasi berbasis Braille untuk komunitas tunanetra. Dalam skripsinya yang berjudul “Gambar Diri dalam Kristus bagi Penyandang Disabilitas Netra”, ia merancang Buku Ajar Reflektif Pendidikan Agama Kristen dalam huruf Braille.” Ujar Jeheskial Saudale, M.PAK sebagai dosen pembimbing I saat diwawancarai. Karya ini ditulis secara manual menggunakan alat tulis Braille, dengan bimbingan intensif dari Jeheskial Saudale, M.PAK, dan Yanti Sole, M.Pd (pembimbing II).
Dosen pembimbing tak hanya mendukung dari sisi akademik, tetapi juga menyediakan metode kreatif, seperti menyampaikan materi dalam bentuk audio dan voice note. Proses seminar proposal bahkan dilaksanakan di kos Yulianus, di mana suasana kekeluargaan semakin memperkuat dukungan moral bagi mahasiswa luar biasa ini.
Buku karya Yulianus tidak berhenti pada penyusunan, tetapi diuji kualitasnya oleh ahli Braille di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Kupang. Hasilnya dinyatakan layak digunakan oleh komunitas tunanetra, bahkan telah melalui uji coba di wilayah Tofa-Oebufu dengan respons positif dari para pengguna.
Yulianus juga menegaskan identitasnya sebagai seorang Kristen yang menjadikan pelayanan kepada sesama sebagai panggilan hidup. “Saya ingin penyandang tunanetra memahami bahwa mereka memiliki nilai dan martabat yang sama di mata Tuhan,” ungkapnya penuh haru.
Perjalanan panjang selama hampir setahun akhirnya membawanya pada momen bersejarah. Ujian skripsi yang diadakan di kampus memperlihatkan hasil karyanya, lengkap dengan video pembelajaran bersama komunitas tunanetra dan pernyataan kualitas dari ahli Braille. Prestasi ini mengukuhkan Yulianus sebagai simbol bahwa identitas sebagai tunanetra bukanlah penghalang untuk mencapai kesuksesan.
Rektor IAKN Kupang, Dr. I Made Suardana, M.Th, menyoroti pentingnya mentalitas, kapasitas, dan identitas dalam membangun generasi unggul. Rektor mengapresiasi kerja keras dan tekad Yulianus dalam menyelesaikan studi. “Kisah Yulianus adalah bukti nyata bagaimana ketiga pilar ini dapat diimplementasikan. Ia adalah inspirasi bagi kita semua untuk terus berkarya melampaui keterbatasan,” ujar Rektor***
Penulis: Merling Messakh
Foto: Panitia
Administrator: Melki Saaekoko