IAKN Kupang (Kemenag) — Rektor Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Kupang, Dr. I Made Suardana, M.Th., menekankan pentingnya integrasi antara spiritualitas dan tanggung jawab kelembagaan. Dalam ibadah akhir pekan yang berlangsung di halaman terbuka kampus pada Jumat (23/05/2025), Rektor mengajak seluruh civitas akademika untuk memperkuat semangat bekerja dan profesionalisme melalui ibadah bersama yang bertemakan “Diubahkan dalam Hadirat-Nya.”
Dalam sambutannya, Rektor menegaskan bahwa perubahan nyata dalam pelayanan akademik harus dimulai dari disiplin diri, penataan administrasi, dan kesadaran kolektif akan pentingnya akreditasi. “Kita tidak bisa terus bekerja tanpa laporan yang lengkap. LPJ bukan sekadar formalitas, tapi tanggung jawab yang menunjukkan akuntabilitas kita kepada lembaga dan publik,” tegasnya. Rektor menambahkan bahwa kegiatan baru tidak akan disetujui bila laporan kegiatan sebelumnya belum rampung.
Lebih lanjut, Rektor menginstruksikan agar seluruh tim akademik dan birokrasi bekerja lebih cepat dan tepat, terutama dalam menyiapkan dokumen-dokumen pendukung. “Kita tidak boleh lagi menunda. Akreditasi adalah cermin kualitas kita, dan waktu kita tidak banyak,” ujarnya dengan nada serius.
Sebagai langkah reformasi kelembagaan, Rektor menekankan pentingnya digitalisasi arsip. Menurutnya, sistem pengarsipan konvensional harus segera diperbarui agar akses dan pemantauan dokumen menjadi lebih mudah dan efisien. Rektor juga menyampaikan bahwa efisiensi anggaran menjadi salah satu prioritas, termasuk dalam pengadaan tenda permanen untuk kegiatan kampus, guna menghindari biaya sewa yang berulang setiap tahun.
Ibadah yang dipimpin oleh Dr. Hendrik A.E. Lao, M.Pd., menyoroti perubahan hidup sebagai buah dari perjumpaan dengan Allah. Dalam refleksinya, ia menekankan bahwa transformasi sejati dimulai dari perjumpaan pribadi dengan Tuhan yang mengubahkan seluruh aspek hidup manusia—pikiran, perkataan, tindakan, dan karakter.
“Tiga hal penting untuk diubahkan dalam hadirat Tuhan,” ujarnya, “yaitu memiliki hati yang tunduk pada otoritas Tuhan, komitmen dalam bersekutu dengan-Nya, dan hidup dengan perspektif kekekalan.” Ia mengajak seluruh sivitas untuk tidak sekadar hadir secara jasmani, tetapi sungguh mengalami transformasi rohani yang nyata. “Kehadiran Tuhan membentuk karakter, membarui pikiran, dan menguatkan semangat kerja,” katanya.*
Penulis: Merling Messakh
Administrator : Yermi Solukh



