IAKN Kupang (Kemenag) – – – Seminar Nasional Sosiologi Agama ke-2 dengan tema “Masyarakat Inklusif Transformatif dalam Bingkai Keindonesiaan” resmi ditutup oleh Wakil Rektor I, Maryon D. Pattinaja, Ph.D, mewakili Rektor IAKN Kupang, Dr. I Made Suardana, M.Th pada Jumat (25/10/2024). Dalam sambutannya, WR 1 mengajak peserta untuk merenungkan pentingnya keragaman dan inklusivitas dalam masyarakat Indonesia yang kaya akan budaya dan agama.
“Saya ingin memulai sambutan ini dengan sebuah kisah inspiratif. Seorang guru membawa muridnya ke taman yang penuh dengan bunga. Ia menjelaskan bahwa keindahan taman itu terletak pada keragamannya, bukan pada kesamaan,” ungkap WR 1. Ia menekankan bahwa, seperti taman, masyarakat Indonesia juga memerlukan perhatian dan pengelolaan bijaksana agar keragaman dapat berkembang dalam harmoni.
WR 1 melanjutkan dengan membahas tantangan yang dihadapi bangsa ini, termasuk ketidakadilan dan diskriminasi yang masih terjadi. “Masyarakat inklusif bukan hanya menerima perbedaan, tetapi juga melakukan transformasi sosial yang mendasar,” tegasnya. Seminar ini bertujuan untuk menggali cara-cara membangun masyarakat inklusif yang transformatif dan memperkuat solidaritas di tengah perbedaan.
TIGA PILAR PEMBANGUNAN
WR 1 menjelaskan bahwa Program prioritas Rektor IAKN Kupang mengusung tiga pilar utama yakni Mentality Building, Capacity Building, dan Identity Building. “Masyarakat inklusif memerlukan individu-individu yang memiliki mentalitas terbuka dan toleran. Pendidikan dan diskusi yang dihasilkan dari seminar ini sangat penting untuk membangun mentalitas yang lebih inklusif,” kata WR 1, mengutip Mahatma Gandhi, “No culture can live if it attempts to be exclusive.”
Berkaitan dengan Capacity Building, WR 1 mengatakan bahwa “Kita perlu memberdayakan semua elemen masyarakat agar memiliki kapasitas untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosial. Ini mencakup keterampilan teknis dan kemampuan untuk menjembatani perbedaan,” tambahnya.
Terakhir, Identity Building WR 1 menjelaskan bahwa “Di tengah globalisasi, kita harus memperkuat nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Masyarakat inklusif berarti memperkuat identitas kita sebagai bangsa yang menghargai keragaman,” imbuhnya.
WR 1 berharap seminar ini dapat menghasilkan strategi konkret untuk membangun masyarakat yang adil dan inklusif sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan. “Mari kita jadikan seminar ini sebagai langkah nyata dalam perjuangan kita melawan diskriminasi dan ketidakadilan,” ajaknya.
PARTISIPASI LUAS DARI BERBAGAI LEMBAGA
Seminar Nasional ini dihadiri oleh 520 peserta dari berbagai lembaga di seluruh Indonesia, yakni:
1.IAKN Manado
2. IAKN Palangkaraya
3.AKN Tarutung
4.UNKRIS,
5.UNDARMA
6. UNiversitas Kristen Wirawacana Sumba.
7. UNDANA
8.IAKN Toraja
9. GPIB
10.GPM
11.GKII
12.GKS
13.GMIT
14. LSM di Waingapu
15. IAIN Ambon
16. UKIM Ambon
17.Badan Riset Inovasi Indonesia
18. Jemaat Diaspora Padikaka
19.GKST
20.Politeknik Negeri Ambon
21.STFT Jakarta
22. STT Gereja Protestan Indonesia di Papua
23.STT Borneo Pontianak
24. STT Pentakosta Jakarta
25. Lembaga Misi OWr Ministry Jakarta
26. Univ Muhammdiyah Malang
27. SMK Prestasi Agung Jakarta
28.Gereja Kristen Protestan di Bali
29.STTBI Jakarta
30. Gereja Toraja
31.SekolaH Tinggi Agama Kristes Protestan Negeri Sentani
32. GSPDI Filadelfia Bentung
33.GPDI
34.Univ Muhammdiyah Bulukamba,
35. Univ Pawyatan Daha
36. Politekes Kupang
37 GKPS
38.Yayasan Katalonia Cerdas Indonesia.
39. Institut Injil Indonesia***
Sumber : Prodi Sosiologi Agama
Penulis: Merling Messakh
Administrator: Melki Saekoko