IAKN Kupang (Kemenag) — Rektor Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Kupang, Dr. I Made Suardana, M.Th, membuka secara resmi Seminar Nasional Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kristen (FKIPK) yang mengusung tema “Moderasi Beragama dalam Pendidikan: Tantangan dan Peluang di Era Digital” Pada Kamis (21/11/2024). Bertempat di Hotel Kristal Kupang, acara ini dihadiri oleh Wakil Rektor I Maryon D. Pattinaja, M.Sn., Ph.D, Dekan FKIPK Dr. Kristian E.Y.M.Afi, M.Pd.K. Kegiatan ini juga dihadiri oleh WR 2, Martin Ch. Liufeto, M.P dan WR 3, Marla M. Djami, M.Si, serta puluhan dosen FKIPK yang antusias mendukung pelaksanaan kegiatan ini.
Dalam pidatonya, Rektor menekankan pentingnya moderasi beragama sebagai landasan dalam membangun Indonesia yang majemuk. “Keberagaman di Indonesia adalah anugerah yang menjadikan bangsa ini kaya. Namun, tanpa pendekatan agama yang moderat, keberagaman tersebut dapat menjadi sumber konflik,” ungkap Rektor. Ia juga mengingatkan bahwa agama memiliki dua sisi mata uang, yang dapat menjadi kekuatan positif sekaligus sumber perpecahan jika tidak dikelola dengan baik.
Lebih jauh, Rektor menghubungkan moderasi beragama dengan tiga pilar program prioritasnya di IAKN Kupang, yaitu mentality building, capacity building, dan identity building. Menurutnya, moderasi beragama adalah kunci untuk membangun mentalitas masyarakat yang terbuka dan inklusif. “Digitalisasi pendidikan menjadi ruang yang sangat moderat. Jika dikelola dengan tepat, digitalisasi ini akan membentuk mentalitas kerja yang moderat dan berorientasi pada pembangunan bangsa,” tegasnya.
Dalam konteks capacity building, Rektor menggarisbawahi pentingnya pengelolaan digitalisasi pendidikan untuk memperluas wawasan akademik dan keberagamaan. “Mari kita gunakan teknologi untuk membangun pendidikan yang lebih baik, bukan untuk hal-hal negatif yang justru merusak kapasitas intelektual kita,” katanya.
Rektor juga menyoroti bahwa identitas akademik harus menjadi bagian dari upaya membangun NTT yang lebih baik. “Otoritas adalah identitas, dan identitas adalah realitas. Melalui moderasi beragama, mari kita bangun diri, kampus, dan NTT kita agar memiliki identitas yang kokoh di era digital ini,” tutupnya.***
Penulis : Merling Messakh
Foto: Panitia & James Taneo
Administrator: Melki Saekoko